Oleh : M. Ichsan Amir Mujahid
G. HUBUNGAN INTERNAL-VERTIKAL
Hubungan internal adalah hubungan kerja yang terjadi di dalam lingkungan organisasi atau perusahaan sendiri. Hubungan internal ini menyangkut hubungan kerja antara atasan dengan bawahan, atasan dengan atasan, dan bawahan dengan bawahan.
Adapun hubungan internal-vertikal adalah hubungan kerja yang terjadi antara atasan atau pimpinan dengan bawahan atau karyawan.
Perhatikan hubungan kerja internal-vertikal berikut ini.
Hubungan kerja internal-vertikal yang paling penting dalam suatu organisasi adalah terjalinnya komunikasi yang efektif antara pimpinan dengan bawahan (staf dan karyawan). Agar lebih jelas di bawah ini diuraikan hubungan internal-vertikal antara pimpinan dengan staf dan antara pimpinan dengan pegawai.
1. Hubungan antara pimpinan dengan staf
Hubungan internal-vertikal antara pimpinan dengan staf adalah sebagai berikut.
a. | Staf melayani pimpinan dalam semua tingkat manajemen | |
b. | Staf berperan membantu dan melayani pimpinan dalam pekerjaan sehari-hari | |
c. | Staf berperan sebagai penasehat pimpinan dalam menemukan pemecahan suatu permasalahan pada situasi kerja yang sedang dihadapi | |
d. | Staf berperan sebagai perantara atau penghubung antara pimpinan dengan karyawan |
2. Hubungan internal-vertikal pimpinan dengan karyawan
Hubungan internal-vertikal pimpinan dengan pegawai atau karyawan adalah sebagai berikut.
a. | Arah aliran informasi berlangsung secara vertikal ke bawah dan ke atas, melalui rantai komando dalam struktur organisasi atau perusahaan | |
b. | Hubungan vertikal ke bawah dapat berupa perintah, pengarahan, petunjuk dan evaluasi | |
c. | Hubungan vertikal ke atas dapat berupa laporan prestasi kerja, pendapat, saran, permohonan bantuan, keluhan dan lain-lain |
H. HUBUNGAN INTERNAL-HORIZONTAL
Hubungan internal-horizontal adalah hubungan yang berlangsung secara mendatar antar staf atau antar karyawan yang masing-masing mempunyai kedudukan yang setingkat atau se-level. Hubungan ini bersifat informatif antar teman bekerja yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan.
Hubungan ini dapat berlangsung secara satu arah atau dua arah. Hubungan satu arah, misalnya A dan B bekerja se-level sebagai karyawan suatu pabrik. A menyampaikan perintah pimpinannya kepada B untuk mengirimkan barang ke luar kota. Di antara A dan B tidak terjadi hubungan instruksi secara timbal balik, karena itu hubungannya disebut hubungan satu arah. Apabila hubungan antar karyawan berlangsung secara timbal balik maka hubungannya disebut hubungan dua arah.
Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan bagan hubungan internal-horizontal berikut ini.
Hubungan kerja yang bersifat internal-horizontal, antara lain hubungan kerja antar pegawai dan hubungan kerja antar staf.
1. Hubungan kerja antar pegawai, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. | Hubungannya berlangsung secara satu arah dan dua arah | |
b. | Hubungannya tidak bersifat instruktif | |
c. | Hubungannya bersifat informatif dan koordinatif | |
d. | Merupakan hubungan kerja dalam tim, yang harus memperhatikan kerjasama dan saling pengertian. |
2. Hubungan kerja antar staf, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. | Hubungan kerja bersifat hubungan koordinatif | |
b. | Hubungan kerja berlangsung secara dua arah atau secara timbal balik | |
c. | Hubungannya bersifat hubungan kerja dalam tim, yang masing-masing staf harus bekerjasama, saling pengertian, dan saling percaya. |
Berfungsi tidaknya hubungan internal-horizontal ini, dapat diketahui dan dirasakan dari ada tidaknya hubungan yang akrab dan harmonis di antara para pegawai dalam satu tim kerja. Dalam hal ini peranan pimpinan sangat penting dalam menciptakan hubungan kerjasama yang erat di antara para pegawainya.
I. ARTI DAN MANFAAT INTERPERSONAL RELATIONSHIP
Bagaimana arti dan manfaat interpersonal relationship, serta komponen-komponen interpersonal relationship dapat diikuti uraian berikut ini.
1. Arti Interpersonal Relationship
Interpersonal relationship(hubungan antar kepegawaian) adalah suatu hubungan komunikasi antar pribadiyang terjadi di lingkungan pekerjaan atau kepegawaian. Hubungan kepegawaian ini merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang kelancaran pelaksanaan tugas dan pekerjaan masing-masing pegawai. Oleh karena itu hal ini perlu dibina dan ditingkatkan.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dikembangkan dalam rangka membina hubungan kepegawaian adalah sebagai berikut.
a. | Mengadakan program pengembangan pegawai | |
b. | Mengadakan program perbaikan gaji dan upah pegawai | |
c. | Mengadakan program penempatan pegawai sesuai dengan bidang keahlian masing-masing | |
d. | Mengadakan program hiburan dan rekreasi | |
e. | Mengadakan anjangsana ke rumah-rumah pegawai tertentu | |
f. | Mengadakan suggestion plan, yaitu program yang memberi kesempatan pegawai untuk mengajukan saran-saran kepada pimpinan | |
g. | Mengadakan exit interview, yaitu kegiatan wawancara untuk para pegawai yang akan keluar | |
h. | Mengadakan program pemberian hadiah | |
i. | Mengadakan program konseling, yaitu bimbingan dan pengarahan kepada pegawai yang bermasalah |
2. Manfaat Interpersonal Relationship
Secara umum manfaat dari terbinanya hubungan kepegawaian adalah sebagai berikut.
a. | Untuk mendapatkan saling pengertian antara pimpinan dengan semua pegawai yang ada | |
b. | Mendapatkan data yang lengkap tentang sikap dan perilaku kerja para pegawai | |
c. | Menciptakan hubungan kerjasama dan kemitraan yang sehat dan harmonis di antara para pegawai | |
d. | Menciptakan rasa aman kepada para pegawai | |
e. | Menanamkan rasa kebersamaan dan loyalitas kepada para pegawai | |
f. | Menanamkan rasa tanggungjawab kepada para pegawai |
J. KOMPONEN-KOMPONEN INTERPERSONAL RELATIONSHIP
Setiap pegawai sudah barang tentu mempunyai tugas dan tanggungjawab yang berbeda-beda sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing. Secara struktural hubungan antar kepegawaian itu dapat bersifat internal-vertikal maupun internal-horizontal.
Di bawah ini disajikan komponen-komponen interpersonal relationship dengan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing.
1. Top manager (CEO, Presiden Direktur, Direktur Utama, Kepala Kantor, Ketua Umum, dan sebagainya)
Tugas dan tanggungjawabnya antara lain sebagai berikut.
a. | Menentukan seluruh perencanaan, menerangkan tujuan yang akan dicapai, memberikan gambaran tentang keadaan, dan kebutuhan kantor | |
b. | Menempatkan orang yang cakap dalam kedudukan tertentu dengan memberikan gaji/upah yang layak sesuai dengan hasil kerja yang dicapai | |
c. | Melaksanakan pengawasan, menyerahkan tanggungjawab, dan kekuasaan kepada bawahan | |
d. | Memelihara dan mengembangkan sistem organisasi secara terpadu | |
e. | Menguasai dan menghayati tugas pokok masing-masing |
2. Middle manager (Direktur, Manajer, Kepala Biro, Kepala Bidang, Kepala Bagian, dan sebagainya)
Tugas dan tanggungjawabnya antara lain sebagai berikut.
a. | Menterjemahkan tujuan dari kebijaksanaan menjadi rencana atau program kerja, serta mengamati apakah rencana tersebut telah dilaksanakan | |
b. | Melakukan pembagian tugas kepada tingkat atau jabatan yang paling bawah | |
c. | Menentukan prosedur khusus bagi tiap-tiap tugas | |
d. | Menentukan batas waktu bagi pelaksanaan suatu pekerjaan | |
e. | Menentukan alat-alat pengawasan yang sesuai |
3. Low manager (ass. Manajer, Kasubag, Kasi, Supervisor, Mandor, dan sebagainya)
Tugas dan tanggungjawabnya antara lain sebagai berikut.
a. | Memimpin dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan | |
b. | Bertanggungjawab langsung terhadap mutu dan hasil pekerjaan | |
c. | Menjaga kualitas produk dari pekerjaan yang dihasilkan |
K. CARA PENGEMBANGAN PROFESIONALISME KERJA
Setiap perusahaan tentu saja membutuhkan tenaga kerja yang profesional. Oleh karena itu setiap pekerja perlu meningkatkan profesionalismenya. Untuk mengetahui bagaimana cara mengembangkanprofesionalisme kerja, dapat diikuti uraian berikut ini.
1. Pengertian Profesionalisme
Istilah profesionalismeberasal dari akar kata profesi atau profesional, artinya bidang pekerjaan yang dilandasi keahlian tertentu. Jadi, orang yang profesional adalah orang yang ahli di bidang pekerjaannya. Orang-orang yang bekerja menjadi guru, dosen, dokter, bidan, tentara, polisi, dan sejenisnya umumnya disebut sebagai para pekerja yang profesional. Sebab mereka memiliki keahlian atau keterampilan di bidang pekerjaannya masing-masing.
Di era global sekarang ini kebutuhan terhadap tenaga kerja yang berkualitas sangat mendesak untuk mengantisipasi pasar bebas dan persaingan di bidang ekonomi. Dalam kenyataannya dunia kerja mengahadapi kesulitan untuk memperoleh tenaga kerja yang profesional. Oleh karena itu, salah satu unsur yang fundamental pada setiap perusahaan bisnis adalah pengembangan profesionalisme kerja di kalangan para pegawai.
Dalam perkembangan sekarang ini semua bidang pekerjaan memerlukan memerlukan tenaga kerja yang profesional atau tenaga kerja yang berkeahlian di bidangnya. Oleh karena itu, setiap setiap jenis pekerjaan dalam bidang dan profesi apapun menuntut tenaga kerja yang profesional.
2. Cara Pengembangan Profesionalisme Kerja
Dalam rangka mengembangkan profesionalisme kerja tentu saja diperlukan proses pendidikan, pelatihan, dan pembelajaran bagi para pegawai. Berdasarkan kategori pegawai, pelatihan dapat berupa program orientasi pegawai baru, pelatihan umum secara ekstensif, pelatihan job spesifik, praktik standar secara bertahap, pelatihan peralatan, dan prosedur operasi.
Pihak yang memberikan pelatihan dituntut mengembangkan seluruh fungsi lembaga, khususnya dalam:
a. | Analisis kebutuhan dan penetapan program pelatihan | |
b. | Pengembangan kemampuan pengelola, pengajar, dan peserta pelatihan | |
c. | Pengembangan teknik dan metode pelatihan | |
d. | Pengembangan sarana dan prasarana | |
e. | Komunikasi dan pembinaan terhadap pegawai |
Adapun cara pengembangan profesionalismekerja dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan berikut ini.
a. | Menyelenggarakan kegiatan penataran dan pelatihan terhadap para pekerja, yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan | |
b. | Memberikan kesempatan kepada para pekerja untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi | |
c. | Mengirim atau menyekolahkan para pekerja pilihan ke luar negeri | |
d. | Menyelenggarakan kegiatan seminar, lokakarya, atau workshop yang berkaitan dengan peningkatan kualitas tenaga kerja | |
e. | Menyediakan fasilitas dan bantuan dana kepada para pekerja yang berprestasi untuk meningkatkan keahlian di bidangnya |
Mengembangkanprofesionalisme tidak hanya tanggungjawab instansi atau perusahaan tempat kita bekerja saja, melainkan juga tanggungjawab para pekerja itu sendiri. Oleh karena itu setiap pekerja, pegawai, atau karyawan perlu meningkatkan profesionalismenya agar dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Cara yang dapat ditempuh oleh para pekerja dalam mengembangkan profesionalismeadalah sebagai berikut.
a. | Proaktif dalam mengikuti pendidikan, pelatihan, dan penataran yang diselenggarakan oleh perusahaan atau instansi tempat kita bekerja | |
b. | Dengan kesadaran sendiri berupaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui belajar sendiri | |
c. | Berupaya memanfaatkan media pembelajaran, seperti buku, surat kabar, majalah, radio, televisi dan internet untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pribadi | |
d. | Aktif dan kreatif berdiskusi dengan teman sekerja dalam rangka meningkatkan keahlian atau keterampilan kerja | |
e. | Proaktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan di masyarakat yang berkenaan dengan pengembangan profesionalisme. |
Unduh Materi 4 - Bekerja Dalam Satu Tim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar